Health

selamat datang di padepokan santri teologi,padepokan santri teologi merupakan rumah wawasan bagi saudara saudara sekalian yang ingin tahu lebih banyak seputar kajian kajian seputar kristologi serta mencari tahu lebih luas lagi tentang jawaban jawaban yang di tujukan atas islam

TELISIK SALIB




Berikut ini sedikit saja kita petik ayat-ayat dari Alkitab yang menggambarkan kisah pengejaran tentara Romawi (dibantu oleh Judas Iskariot dan ahli Taurat) terhadap Yesus sebelum terjadinya peristiwa penyaliban yang sangat kontroversial itu.
Ini yang diucapkan oleh Yesus setelah mengetahui rencana penghianatan Judas Iskariot terhadap dirinya,
"Lalu Yesus berkata kepada Judas, Lakukanlah apa yang akan engkau lakukan secepatnya." (Yohanes 13:27)
Ayat Ini menceritakan tentang Yesus yang meminta Judas untuk segera meninggalkan dia dan murid-murid yang setia setelah perjamuan terakhir selesai. Tujuan perintah itu adalah agar mereka dapat segera meninggalkan tempat yang sudah diketahui lokasinya itu secara diam-diam tanpa diketahui oleh Judas (yang diam-diam pula bermaksud kembali ke sana dengan membawa tentara Romawi untuk menangkap Yesus).
Ini yang diucapkan Yesus setelah Judas Iskariot meninggalkan lokasi perjamuan terakhir,
"Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Ketika aku mengutus kamu dengan tiada membawa pundi-pundi, uang darurat (bahasa inggris=scrip) dan sepatu, adakah kamu kekurangan apa-apa?" Jawab mereka: "Suatupun tidak." Lalu katanya kepada mereka: "Tetapi sekarang, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya, demikian juga yang mempunyai uang; dan siapa yang tidak mempunyai pedang, maka juallah jubahnya dan belilah satu pedang." (Lukas 22:35-36)
Ayat ini jelas-jelas menceritakan bahwa Yesus dan sebelas murid setianya sedang mempersiapkan strategi penyelamatan diri mereka dari kejaran tentara Romawi, bahkan "siap" untuk melawan mati-matian meski hanya bersenjatakan seadanya [beberapa batang tongkat dan dua bilah pedang(?)]. Tujuan mereka malam itu adalah ke taman Getsemani.
Perhatikan, bagaimana suasana kepanikan mereka yang di satu sisi harus segera melarikan diri, sementara di sisi lain perbekalan mereka, terutama senjata, benar-benar sangat minim.
Ini reaksi Yesus ketika mengetahui bahwa resiko penangkapan atas dirinya adalah hukuman mati,
"Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, lalu katanya kepada mereka: "Jiwaku sangatlah sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan aku." (Matius 26:36)
"Dan Yesus membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus bersamanya." (Matius 26:37)
Ayat-ayat ini menceritakan saat Yesus dan murid-muridnya tiba di Taman Getsemani. Yesus meminta 3 orang muridnya untuk "mengawal" dirinya yang dalam keadaan benar-benar sedih, ketakutan, dan putus asa merasa perlu untuk berdoa "memohon pertolongan Allah" di dalam Taman Getsemani.
Perhatikan, mengajak 3 orang murid untuk selalu berada di dekatnya itu sebenarnya adalah strategi yang difikirkan oleh Yesus untuk menghadapi musuh-musuhnya. Sebab jelas sekali Yesus membawa muridnya-muridnya ke taman Getsemani bukan untuk melakukan ibadah kepada Allah, tapi sepenuhnya dalam rangka menyelamatkan diri. Jika memang berdoa adalah tujuan utama Yesus, ia bisa saja membawa mereka ke kuil Sulaiman atau juga Bait Allah.
Perhatikan juga, Yesus tidak mengajak serta kedelapan muridnya untuk menemaninya berdoa di dalam taman, tapi menempatkan mereka secara strategis pada pintu masuk taman; dan ingat pula, sebelumnya Yesus telah mempersenjatai mereka dengan pedang! Sedangkan untuk melindunginya, Yesus hanya mengajak Petrus, Yohanes serta Yakobus yang terkenal fanatik dan bersemangat, ke lingkar dalam taman. Ini dimaksudkan untuk membuat jalur pertahanan bagi dirinya di dalam taman.
Ini yang terjadi saat Yesus berada di dalam Taman Getsemani.
"Ya Allah, jika saja Engkau berkenan untuk mengangkat beban (di kitab lain ditulis "cawan" sebagai perumpamaan beban) ini dari diriku; namun bukanlah kehendakku itu yang harus terjadi melainkan kehendak Engkaulah saja yang terjadi." (Lukas 22:42)
"Lalu kelihatanlah kepadanya seorang malaikat dari langit untuk mengkuatkannya." (Lukas 22:43)
"Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluhnya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah." (Lukas 22:44)
Perhatikan 3 ayat di atas. Doanya kepada Allah menunjukkan bahwa sesungguhnya Yesus sudah hampir putus asa sehingga memohon pertolongan Allah untuk membantu "melepaskan" dirinya dari ancaman besar terhadap keselamatan jiwanya. Ancaman ini dirasakannya sangat berat (dikiaskan sebagai beban), namun isi doa itu juga mencerminkan ketaatannya yang luar biasa besar pada segala keputusan Allah. Dan, ternyata doanya dikabulkan oleh Allah yang selanjutnya mengutus seorang malaikat untuk tidak saja menguatkan hatinya, tapi sekaligus juga melindunginya dari segala bahaya.
Tapi perhatikan juga bagaimana reaksi Yesus saat melihat malaikat Allah yang datang padanya. Ia merasa demikian ketakutan sehingga peluhnya bercucuran bagaikan titik-titik darah yang menetes ke tanah!
Ini sikap Yesus setelah yakin akan janji yang akan dibuktikan oleh Allah kepadanya,
"Bangunlah kamu, marilah kita beranjak; lihatlah orang yang mengkhianatiku sudah mendekat." (Markus 14:42)
Ayat ini menggambarkan "keteguhan hati" Yesus yang segera membangunkan murid-muridnya yang jatuh tertidur agar bersiap untuk berhadap-hadapan langsung dengan musuh yang ia ketahui sudah semakin mendekati lokasi persembunyian mereka.
Tapi sayangnya, sampai di sini kita dihadapkan pada benturan literatur untuk mendapatkan gambaran lebih lanjut mengenai peristiwa penangkapan Yesus oleh tentara Romawi yang dibantu oleh Judas Iskariot dan para ahli Taurat itu. 4 Injil kanonik, yaitu Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes; atau masing-masing "pengarang" Injil ini memaparkan cerita yang berbeda antara satu sama lain khususnya mengenai urutan kisah penangkapan hingga tragedi penyaliban Yesus. Bahkan banyak bagian-bagiannya yang tidak dapat disatukan untuk menyusun alur periwayatan yang runtut. Kisah penangkapan, pengadilan dan penyaliban dituliskan secara absurd, sehingga banyak sekali kontradiksi dan kesalah pahaman yang sangat sulit untuk dijadikan referensi dalam pengungkapan kejadian yang sebenarnya.
Pihak gereja acapkali menegaskan bahwa antara 4 Injil ini sebenarnya saling melengkapi satu sama lain. Tapi nampaknya untuk bagian yang teramat penting ini justru ditemukan banyak sekali kontroversi. Cerita ketiga Injil, yakni MATIUS, MARKUS dan LUKAS sama sekali berbeda dengan apa yang dipaparkan oleh YOHANES dalam Injilnya.
Matius, Markus dan Lukas sepakat menyatakan bahwa Yesus ditangkap ketika sedang membangunkan sebelas muridnya melalui "Judas Kiss" atau isyarat yang dipersiapkan oleh Judas untuk menunjukkan kepada tentara Romawi yang rata-rata tidak mengenal atau tidak tahu persis sosok Yesus itu yang mana. Judas mengisyaratkan bahwa siapa pun orang yang nanti diciumnya, itulah Yesus. Namun Yohanes memaparkan riwayat penangkapan Yesus terjadi semata-mata atas penyerahan diri secara suka rela oleh Yesus sendiri. Jadi, sama sekali tidak melalui proses "Judas Kiss" sebagaimana diriwayatkan oleh tiga Injil lainnya.
Bahkan dalam cerita Yohanes dikisahkan saat mengetahui kedatangan Judas, para pendeta dan tentara Romawi itu, Yesus serta merta menyambut mereka di luar taman Getsemani dan bertanya langsung kepada Judas siapa yang sedang dicarinya. Anehnya, dan perhatikanlah ini baik-baik: Judas sendiri tidak mengenali Yesus yang tegas-tegas sedang berdiri di hadapannya, bahkan bertanya kepada dirinya! Pertanyaan Yesus ini diulang sampai 3 kali, dan ini menarik. Pada pertanyaan kedua, Yohanes menceritakan seluruh musuh Yesus itu langsung rebah ke tanah! Kejadian ini, jika sungguh-sungguh dicermati, sebetulnya menyimpan setidaknya satu "petunjuk" bagi mereka yang berfikir sangat kritis.
Selanjutnya seperti telah disebutkan di atas, Yesus akhirnya menyerahkan dirinya secara suka rela setelah setengah mati berusaha meyakinkan orang-orang tersebut bahwa dialah Yesus dari Nazareth, orang yang sedang mereka cari-cari.
Sampai di sini, mari sama-sama kita renungkan sejenak; jika tidak dianggap sebagai sebuah masalah serius dalam upaya mengungkap cerita yang sesungguhnya, tidakkah seluruh kisah penangkapan Yesus ini mencerminkan satu situasi dan kondisi yang sungguh-sungguh sangat misterius?
Bayangkan, Judas yang hampir setiap hari selalu berada di dekat Yesus ternyata sama sekali tidak dapat mengenali gurunya sendiri! Apakah saat itu Judas memang melihat dan mendengar Yesus berdiri dihadapannya sambil bertanya padanya, atau sebenarnya dia sama sekali tidak mendengar atau melihat siapa pun? Bagaimana jika kemungkinan kedua yang sesungguhnya terjadi? Ingatlah, bahwa peristiwa serupa pernah terjadi sebelumnya:
"Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah." (Yohanes 8:59)
Dari sini terlihat jelas bahwa telah terjadi kesimpangsiuran periwayatan penangkapan Yesus ini, apalagi ke-4 penulis Injil ini nampaknya tidak pernah melakukan kompromi antara satu sama lain dalam penulisan kitab mereka untuk memilih cerita penangkapan mana yang layak mereka letakkan dalam Injil masing-masing.
Berdasarkan hal ini, bagaimana mungkin kita dapat menguraikan secara pasti bahwa Yesus adalah tokoh yang benar-benar ditangkap, diadili, dihina, disiksa, dihujat, hingga akhirnya dipaku di tiang salib hingga menemui ajalnya?
Ini yang kemudian tertulis di dalam Alkitab setelah peristiwa penyaliban itu,
Versi Alkitab LAI 1963:
"Maka kita ini memberitakan Yesus kristus yang tersalib, yaitu suatu dugaan kepada orang Yahudi dan suatu kebodohan kepada pandangan orang kafir." (1 Korintus 1:23)
"Hai orang Galatia yang bodoh, siapakah yang sudah merasukimu sehingga tergambar dimatamu bahwa Yesus Kristus sudah tersalib?" (Galatia 3:1).
Versi Alkitab Terkini
"Tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan." (1 Korintus 1:23)
"Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu?" (Galatia 3:1).
Dan inilah sejumlah pertanyaan serius berdasarkan penjelasan di atas: 
Jika Yesus memang bagian dari Allah - yang berkeinginan untuk menebus dosa manusia melalui penyaliban dirinya - mengapa tampak jelas ia berusaha keras untuk menghindari pengejaran tentara Romawi terhadap dirinya, bahkan mengatur strategi perlawanan bersenjata? Kenapa ia tidak menyerahkan saja dirinya secara sukarela tanpa harus melarikan diri ke Taman Getsemani? 
Mengapa Yesus demikian bersedih dan takut ditangkap oleh tentara Romawi hingga mengucapkan kalimat-kalimat seperti, "Rasanya aku ingin mati saja!" Mana ada Tuhan yang ingin mati? 
Kepada siapakah Yesus kemudian meminta pertolongan dengan cara berdoa di Taman Getsemani? Mengapa ia menyerahkan keputusan akan nasib dirinya kepada Allah? Kenapa bukan ia sendiri yang memutuskan nasibnya? 
Jika Yesus sesungguhnya adalah Tuhan yang berinkarnasi dalam wujud manusia, mengapa pula ia terlihat demikian ketakutan - sehingga keringatnya mengucur bagaikan tetesan darah ke tanah - ketika melihat Malaikat Allah yang datang untuk menolong dirinya? Bukankah malaikat adalah makhluk ciptaan Tuhan, atau tegasnya, ciptaan Yesus sendiri? 
Kira-kira apakah yang disampaikan oleh Malaikat itu kepada Yesus sehingga kemudian ia menjadi demikian tenang, bahkan tanpa ragu sedkitpun menghampiri Judas - yang saat itu dikelilingi oleh tentara Romawi - dan menyatakan bahwa dirinya adalah orang yang mereka cari? 
Mengapa Judas tidak dapat mengenali Yesus yang sengaja mendatanginya lalu berdiri di hadapannya? Atau lebih spesifik lagi, sesungguhnya saat itu Judas melihat Yesus yang sedang berdiri di hadapannya atau tidak? 
Saat semua orang - termasuk seluruh tentara Romawi - roboh ketika Yesus bertanya kepada Judas untuk kedua kalinya, kemungkinan apa yang sangat dapat terjadi? Mungkin atau tidak Yesus tiba-tiba 'menghilang' lalu atas kehendak Allah, maka di mata semua orang yang bangkit dari roboh itu Judas nampak persis seperti Yesus? Ingat bahwa sejak sebelum lahir pun kehidupan Yesus sudah dipenuhi dengan berbagai mukjizat, sehingga keajaiban seperti ini bukanlah hal yang mustahil untuk terjadi. 
Benarkah Yesus ditangkap oleh tentara Romawi, diadili oleh Pilatus, lalu dihukum rajam sehingga akhirnya mati di tiang salib? 
Mengapa sebelum mati di tiang salib 'orang yang serupa Yesus itu' itu menyebut kalimat, "Eli ... Eli .... Lama Sabakhtani?" Jika ia adalah Yesus mengapa tidak menyebut "Bapa?". Bukankah di seluruh kitab Injil, kecuali satu-satunya dalam peristiwa ini, Yesus tidak pernah dicatat menyebut "Eli" untuk memanggil Allah? 
Dan masih banyak lagi! Tapi semuanya akan mengarah kepada satu kesimpulan bahwa Yesus MENOLAK untuk disalib, Yesus TIDAK MATI DISALIB, dan pengakuannya selama ini adalah benar, bahwa dirinya BUKAN TUHAN!
Share:

No comments:

Post a Comment

BAHASAN KITAB SUCI

POPULER

islam menjawab